Pengertian Skripsi,Kesalahan dalam Penulisan Skripsi dan Tujuan Penulisan - Yusril Samalanga -->



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal. Berkat rahmat dan karunia-nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah Metode Penulisan Karya Ilmiah yang insyaallah tepat pada waktunya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bpk/Ibu.  Mata pelajaran kuliah Metode Penulisan Karya Ilmiah, yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin, penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang …………………………………………………………………………….1
B.  Rumusan masalah ………………………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Skripsi ………………………………………………………………………….2
B.  Kesalahan-kesalahan Dalam Penulisan Skripsi ……………………………………………..2
1. Kesalahan Pokok..............................................................................................................2
2. Kesalahan penggunaan kata atau kalimat............................................................................3
3. Penggunaan Kata Ganti Orang...........................................................................................6
4. Penggunaan Kata/ Suku Kata "di"......................................................................................6
5. Ketidak jelasan Isu ...........................................................................................................6
6. Tujuan Riset & Tujuan Periset............................................................................................7
7. Padding.............................................................................................................................7
C.  Tujuan Penulisan Skripsi……………………………………………………………………..7
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan    …………………………….........................................................................8           
B. Saran………………………………………………………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar telah menjadi keharusan. Adapun untuk mahasiswa, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga menjadi tolak ukur intelektualitas mereka dalam menulis. Hal itu dapat dituangkan dalam berbagai macam tulisan ilmiah, salah satunya dalam bentuk skripsi. Dalam skripsi, tidak hanya komponen materi dan isi skripsi yang harus diperhatikan penulis, namun juga penggunaan tata bahasa Indonesia, dalam hal ini Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan efektivitas dalam penggunaan kalimat.
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar.
B. Rumusan Masalah
Makalah yang kami susun ini membahas beberapa permasalahan berikut :
A.  Pengertian skripsi
B. Kesalahan-kesalahan dalam penulisan skripsi
C. Tujuan penulisan skripsi



BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Pengertian Skripsi
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah sebagai salah satu hasil proses pengembangan intelektual mahasiswa secara mandiri dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan di bawah bimbingan dosen.
Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program sarjana (S1) yang memiliki bobot 6 sks (satuan kredit semester). Penulisan skripsi harus memenuhi syarat-syarat penulisan ilmiah, yaitu obyektif, metodologis, sistematis dan komunikatif.
B. Kesalahan-Kesalahan Dalam Penulisan Skripsi
Kesalahan-kesalahan mendasar yang sering ditemui dalam penulisan Skripsi/Penulisan Ilmiah antara lain :

1. Kesalahan Pokok
Kesalahan ini menjadikan penulisan ilmiah seperti sebuah buku atau laporan ilmiah. Beda penulisan ilmiah dengan buku atau laporan ilmiah adalah :
a) Ada masalah
b) Ada teori (referensi)
c) Ada pemikiran penulis dalam pemecahan masalah tersebut berdasarkan teori yang ada.
Masalah yang akan dibahas diletakkan di bab-bab awal (misalkan di Bab I Pendahuluan).
Bab I bisa saja terdiri atas :
a) Latar Belakang Masalah
b) Batasan Masalah
c) Rumusan Masalah
d) Tujuan Penulisan
e) Metodologi Penelitian
f) Sistematika Penulisan.
Di latar belakang masalah, pembaca harus dapat menyimpulkan masalah-masalah apa saja yang sedang dihadapi penulis, sehingga si penulis perlu menyelesaikan masalah-masalah tersebut dalam penulisan ilmiahnya. di latar belakang masalah jangan sampai ada teori atau pemecahan masalah atau alat bantu yang akan digunakan untuk memecahkan masalah, apalagi ada kesimpulan. Ini yang sering tidak dicermati oleh penulis.
Contoh sederhana, seorang penulis ingin membuat sistem komputerisasi stok barang di sebuah toko material yang selama ini masih dilakukan secara konvensional tanpa bantuan komputer. Di latar belakang masalah jangan disinggung-singgung kehebatan komputer, kemajuan teknologi, dan semacamnya, karena komputer justru akan digunakan sebagai alat bantu pemecahan masalahnya. Jadi, komputer tidak tepat dijadikan latar belakang masalah.
Lebih cocok bila di latar belakang masalah ditulis masalah-masalah yang selama ini terjadi di toko tersebut, misalkan :
(a) Kesulitan mengecek stok barang di gudang,
(b) Sering terjadi ketidakcocokan antar stok barang yang ada di gudang.
(c) Sering terlambat dalam pemesanan barang untuk mengisi stok di gudang karena di catatan, jumlah barang tertentu masih banyak, ternyata kenyataannya sudah habis,
(d) Ketidakdisiplinan si pencatat mengakibatkan perbedaan jumlah stok barang di gudang dan di catatannya, dan sebagainya.

Sedang di batasan masalah, bisa ditulis tentang pemilihan masalah dari sekian masalah yang dihadapi seperti tertuang di latar belakang masalah. Jadi, tidak semua masalah di latar belakang masalah akan dipecahkan di penulisan ilmiah, silahkan pilih yang mana yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, di batasan masalah tidak perlu berisi batasan alat bantu pemecahan masalah yang digunakan, tujuan penulisan dan sebagainya.

2. Kesalahan Penggunaan Kata/Kalimat
Masih terkait dengan butir I bagian sebelumnya, penulisan ilmiah (skripsi, thesis, disertasi) adalah karya pribadi (kelompok) yang dikerjakan sendiri (bersama kelompoknya). Dengan demikian, tidak boleh ada kata atau kalimat yang berinteraksi dengan pembaca (mengajak pembaca berpikir atau bahkan memerintah si pembaca).
Beberapa kesalahan kalimat, dalam menulis karya ilmiah :

a) Menulis Kalimat yang Tidak Utuh
Bahasa karya ilmiah Bahasa Indonesia yang baku menurut standar ilmiah yang mengacu pada Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan, Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan suplemen-suplemen terbaru. Menulis karya ilmiah yang komunikatif sangat penting agar tujuan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas dan jernih.
b) Menulis Kalimat yang Rancu
    Kesalahan kalimat dimungkinkan karena penulis (pemakai bahasa) mengacaukan dua macam pengungkapan kalimat atau lebih, misalnya:
Meskipun Negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, tetapi harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.
Yang dirancukan dalam kalimat tersebut adalah:
Meskipun Negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.; dan
Negara itu merupakan penghasil kappas nomor satu di dunia, tetapi harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.
Jadi, kerancuan yang tampak pada contoh kalimat tersebut adalah pemakaian sekaligus kata meskipun dan tetapi dalam sebuah kalimat.

c) Kesalahan Urutan Kata
    Kesalahan menulis kalimat dapat juga terjadi karena urutan katanya tidak sesuai dengan kaidah kalimat bahasa Indonesia.

d) Pemakaian Ungkapan Penghubung
    Yang dimaksud dengan kata atau penghubung dalam hal ini adalah semua kata atau ungkapan yang digunakan oleh penulis untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain. Kata penghubung antarbagian kalimat yang lazim digunakan supaya, meskipun, sebagai, karena, dan bahwa.
    Dalam pemakaian bahasa Indonesia sering ditemukan adanya beberapa kesalahan, yaitu semakin kaburnya batas pemakian penghubung antar kalimat.
Contoh : Pak Susilo sedang mengahdapi persoalan besar di kantornya. Tapi ia dengan sabar menyelesaikannya.
Kabupaten Gunungkidul dikenal dengan musik campursarinya. Yaitu musik tradisional yang diaransemen dengan alat musik modern.
    Kata tapi dan yaitu yang seharusnya berfungsi sebagai penghubung antar bagian kalimat, dapat juga sebagai penghubung antarkalimat.
Contoh : Pak Susilo sedang mengahdapi persoalan besar di kantornya, tetapi ia dengan sabar menyelesaikannya.
Kabupaten Gunungkidul dikenal dengan musik campursari, yaitu musik tradisional yang diaransemen dengan alat musik modern.
    Ungkapan penghubung yang berfungsi menghubungkan antarkalimat tidak banyak jumlahnya. Yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia antara lain : oleh, karena itu, namun, kemudian, setelah itu, bahkan, selain itu, sementara itu, walaupun demikian, sehubungan dengan itu.
Kesalahan pemakaian ungkapan penghubung antarkalimat sama halnya dengan kesalahan pemakaian kata penghubung antar bagian kalimat yaitu pemakaian kedua jenis penghubung yang kurang jelas. Contoh :
Saya tidak sependapat dengan mereka, namu demikian saya tidak akan menentangnya.
Yovie Widianto piawai menciptakan lagu bahkan ia sering mendapat penghargaan dalam bidang musik.
Kalimat di atas seharusnya ditulis sebagai berikut :
Saya tidak sependapat dengan mereka. Namun, saya tidak akan menentangnya.
Yovie Widianto piawai menciptakan lagu. Bahkan ia sering mendapat penghargaan dalam bidang musik.

e) Kesalahan Pemakaian Kata Depan
    Pemakaian kata daripada, dari, bagi, untuk, tentang, pada, dan dengan dapat mubazir jika penggunaan dalam kalimat-kalimat tidak tepat. Agar dapat menggunakan kalimat yang benar dalam berbahasa Indonesia, kata daripada, dari, bagi, untuk, tentang, pada, dan dengan harus digunakan secara tepat.

f) Kesalahan Pemakaian Bentuk Kata
    Kebenaran suatu kalimat tidak hanya ditentuka oleh keteraturan bagian-bagiannya sebagai satuan pembentuk kalimat, tetapi dapat juga dapat ditentukan oleh bentuk dan pilihan kata yang mengisi bagian-bagian itu. Jadi kesalahan kalimat dimungkinkan juga oleh adanya pemakaian bentuk dan pilihan kata yang tidak benar.
Kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kekurangtepatan dalam memilih bentuk k ata masih sering dijumpai. Contoh :
Dengan sangat menyesal kami tidak dapat memenuhi permintaan Anda karena persediaan barang kami sudah habis. (seharusya: sediaan)
Semula langganan Bapak saya layani dengan baik. (seharusnya : pelanggan)
Dalam bahasa Indonesia terdapat serangkaian kata yang proses pembentukannya menunjukkan keteraturan, seperti :
· tinju bertinju petinju pertinjuan
· gulat bergulat pergulat pergulatan
· mukim bermukim pemukiman permukiman
· satu bersatu mempersatukan pemersatu
· buat membuat pembuat pembuatan buatan
· serang menyerang penyerang penyerangan serangan
· pukul memukul pemukul pemukulan pukulan
· solek bersolek mempersolek pemesolek
· oleh beroleh memperoleh pemeroleh
· tulis menulis penulis penulisan tulisan
· pilih memilih pemilih pemilihan pilihan
· tani bertani petani pertanian
· dagang berdagang pedagang perdagangan
Ciri ragam bahasa keilmuan ditandai dengan penalaran yang cermat, teliti, dan obyektif. Tiga syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan kalimat yaitu jelas, lugas, dan komunikatif.
Kejelasan kalimat dapat dicapai dengan mengeksplisitkan unsur-unsur kalimat ragam bahasa tulis, seperti sujek, predikat, objek, dan keterangan. Kelugasan kalimat berkaitan dengan makna, artinya kalimat dalam suatu paragraph harus memiliki satu tafsiran yang sama bagi penulis dan pembacanya. Komunikatif berkaitan dengan pemahaman pembaca terhadap suatu karya ilmiah. Sebuah karangan disebut komunikatif apabila disajikan secara logis dan sistematis. Hubungan kelogisan ditandai dengan hubungan antarbagian dalam kalimat, antarkalima dalam alinea, dan antaralinea dalam wacana, yang memperlihatkan sebab akibat, kesejajaran, atau kemungkinan.

g) Kesalahan Penyerapan Istilah
    Kata masjid berasal dari bahasa Arab, masjidun, yang diserap secara utuh sebagai nomina dengan menghilangkan akhiran –un, menjadi masjid, bukan mesjid (huruf /a/ tetap dipertahankan menjadi /a/, tidak diubah menjadi /e/). Kata-kata lain yang kita serap dengan cara yang sama, diantaranya adalah :
· madrasah , berasal dari bahasa Arab, madrasatun
· daftar, berasal dari bahasa Arab, daftarun.
Kata salat, barasal dari bahasa Arab, shalat, yang diserap menjadi salat (bukan: shalat atau solat). Bahasa Indonesia tidak mengenal huruf kembar /sh-/, /bh-/, /dh-/, /dl-/, /th-/, dan /ts/. Oleh karena itu, kata-kata yang diserap dari bahasa asing, misalnya bahasa Arab, Sansekerta, Inggris, dan Belanda yang mengandung huruf-huruf kembar disesuaikan dengan fonem atau huruf yang ada dalam bahasa Indonesia dengan menyesuaikan bentuk tulisan dan/atau bunyi yang paling mendekati atau sama dengan kata aslinya.
Berdasarkan pedoman tersebut, maka dapat ditentukan bentuk kata baku (benar), sebagai berikut :
· hadirin, bukan: hadlirin;
· Sanawiah, bukan Tsanawiah;
· ateis, bukan: atheis;
· batin, bukan: bathin;
· darma, bukan: dharma;
· Selasa, bukan: Tselasa atau Tsalata;
· hadir, bukan: hadlir;
· tema, bukan: thema;
· hadis, bukan: hadits;
· salat, bukan: sholat atau shalat;
· Ramadan, bukan: Ramadhan atau Ramadlan;
· bumi, bukan: bhumi;
· bakti, bukan: bhakti.
Kata miliar berasal dari bahasa Inggris, milliard, yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi miliar, bukan milliard, miliyard, atau milyar. Para pengguna bahasa, seperti wartawan, tokoh birokrat dan pemerintah, mahasiswa, guru, dosen, serta pegawai dan petugas di dunia perbankan yang tidak menyadari dan melakukan banyak kesalahan terhadap pemakaian kata seperti ini. Kata milliard diserap menjadi miliar, dengan melakukan penyesuian sebagai berikut :
Huruf kembar /ll/ disesuaikan dengan fonem bahasa Indonesia menjadi satu /l/. perhatikan :
· wassalam, menjadi wasalam (satu /s/)
· accu, menjadi aki (satu /k/, bukan akki (dua /kk/)
· milliard, menjadi miliar (satu /l/)
· trilliun, menjadi triliun (satu /l/)
· professor, menjadi profesor (satu /s/)
Kecuali: mass media, menjadi media massa (dua /ss/), karena dalam bahasa Indonesia sudah terdapat kata mas (satu /s/), yang berbeda maknanya dengan mass (dua /ss/).
Huruf /i/ tetap dipertahankan menjadi /i/ (tidak diubah menjadi /y/). Perhatikan:
· milliard, menjadi miliar (/i/ tetap menjadi /i/, tidak diubah menjadi /y/);
· trilliun, menjadi triliun (bukan: trilyun)
Gugus konsonan –rd karena dalam bahasa Indonesia tidak kenal gugus konsonan akhir –rd, maka diserap menjadi –r. Perhatikan:
· standard, menjadi standar
· milliard, menjadi miliar
· president, menjadi presiden
Kata-kata asing yang masuk dan diserap ke dalam bahasa Indonesia sedapat mungkin disesuaikan dengan kaidah, ejaan, dan pengucapan Indonesia. Misalnya kata standard (Inggris) diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi standar (benar), karena di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal gugus konsonan akhir –rd.
Kata-kata asing yang sudah sesuai dengan kaidah, ejaan, atau pola ucapan lidah Indonesia, sedapat mungkin diserap secara utuh dengan penyesuaian seperlunya. Contoh :

Kata Asal (Inggris)
Kata Serapan (Indonesia)
Penulisan Kata yang Salah
Popular
popular
populer
extracurricular
ektrakurikular
ektrakurikuler
practice
praktik atau praktis
praktek
Modern
modern
moderen
congress
kongres
konggres
kangaroo
kanguru
kangguru
Risk
risiko
resiko
Survey
survei
survai
Phrase
frase
frasa
Method
metode
metoda
November
November
Nopember
February
Februari
Pebruari

Kata-kata yang sudah menyatu dan dianggap padu dituliskan serangkai. Contoh : olahraga, matahari, segitiga, kacamata, peribahasa, adakalanya, darmawisata, beasiswa, saputangan, dukacita, sukacita, manasuka, daripada, kepada, silaturrahmi, sediakala, wasalam, bilamana, saripati, padahal, bagaimana, kasatmata, fatamorgana, halalbihalal, malapetaka, sukarela, barangkali, bumiputra, lokakarya, syahbandar, akilbalig, mancanegara, barangsiapa, perilaku, dan titimangsa.
Kata dasar yang ada dalam bahasa Indonesia adalah mungkir, bukan pungkir (salah). Dari kata dasar mungkir bias diturunkan kata-kata berimbuhan, seperti memungkiri, dimungkiri, pemungkiran. Banyak pengguna bahasa yang menggunakan bentuk yang salah, seperti dipungkiri, karena tidak menyadari atau tidak mengindahkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi.
Kata-kata tertentu yang tidak mengandung huruf atau fonem /h/ tetap dipertahankan. Contoh: utang (bukan: hutang), rapi, sila, silakan, imbau, isap, impit, paro ‘bagian’, separo ‘sebagian’, Eropa, sewa, gaji ‘upah’, andal, andalan, musna, alangan, dan pengalang.
Bentuk yang benar adalah sekadar (bukan: sekedar). Kata ini berasal dari kata dasar ‘kadar’, yang berari ‘ukuran’. Jadi, sekadar berarti ‘seukuran, satu ukuran’. Ala kadarnya bermakna ‘seukuran; apa adanya’.
Penulisan nama kota dan tempat:

Benar
Salah
Bonepantai
Bone Pantai
Bonebolango
Bone Bolango
Bukittinggi
Bukit Tinggi
Pangkalpinang
Pangkal Pinang
Tanjungpinang
Tanjung Pinang
Jayapura
Jaya Pura
Kotabaru
Kota Baru
Batusangkar
Batu Sangkar
Padangpanjang
Padang Panjang
Palangkaraya
Palang Karaya
Banjarmasin
Banjar MAsin
Banjarbaru
Banjar Baru
Bandarlampung
Bandar Lampung

    Akan tetapi, jika nama kota atau tempat tersebut diikuti oleh kata-kata yang menunjukkan lokasi, misalnya utara, selatan, timur, dan barat, maka penulisan dipisahkan. Contoh:
· Lampung Selatan
· Pantai Barat
· Jawa Barat
· Sulawesi Utara
· Jakarta Selatan
h) Kesalahan Diksi dan Kata Tidak Baku
    Dalam menulis karya ilmiah, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal, atau barang, harus diperhatikan. Kata yang tidak tepat dalam konteks kalimat tertentu akan mempunyai makna yang berbeda, yang tidak sesuai dengan maksud penulisnya. Hal ini juga akan menimbulkan salah penafsiran. Contoh:
Kita tahu bahwa mereka yang bekerja di luar negeri itu rentan terhadap perlindungan hukumnya.
Kata rentan memiliki makna mudah terkena penyakit, peka (mudah merasa). Kata tersebut memiliki makna negatif, misalnya rentan terhadap bahaya kebakaran, rentan terhadap penyakit. Pada contoh kalimat tersebut, kata rentan dipasangkan dengan kata perlindungan hukum yang bermakna positif. Dengan demikian, penggunaan kata rentan dalam kalimat tersebut tidak tepat. Perbaikan contoh kalimat tersebut adalah:
Kita tahu bahwa perlindungan hukum bagi mereka yang bekerja di luar negeri itu minim.
    Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis. Untuk mencapai ketepatan pilihan kata, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

i) Membedakan secara cermat denotasi dari denotasi.
Kata denotatif dan konotatif dibedakan berdasarkan maknanya. Kata konotatif memiliki makna tambahan atau nilai rasa. Jika hanya menginginkan pengertian dasar, dipilih kata denotatif; jika menghendaki reaksi emosional tertentu, penggunaan kata konotatif dengan sasaran yang akan dicapai.

j) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
Penulis harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya sehingga tidak salah interpretasi.

k) Membedakan kata umum dan kata khusus.
Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum. Gunakan kata-kata indra yang menunjukkan kata-kata yang khusus.
    Demikian kesalahan-kesalahan umum dalam pemakaian ejaan bahasa Indonesia sebagaimana yang ditekankan oleh pakar bahasa Indonesia, Abdul Rajak Husain. Para akademisi diharapkan menguasai pamakaian bahasa tulis ini sebagai alat untuk mempertajam analisis dan publikasi hasil karya.
3. Penggunaan Kata Ganti Orang
Di penulisan skripsi tidak boleh ada kata ganti orang (khususnya orang ketiga), misalkan kata "Anda", "Kita", dan sebagainya. Bahkan, kata "Saya", "Kami", "Penulis", dan semacamnya tidak perlu diadakan karena tanpa menyebut "Penulis" orang juga tahu bahwa yang menulis skripsi ini adalah "Penulis".
Contoh Kalimat : "Perlu Anda ketahui, bahwa penulis melakukan penelitian ini...." Seharusnya ditulis dengan "Perlu diketahui bahwa penelitian ini dilakukan...."

4. Penggunaan Kalimat Perintah
Pada penulisan skripsi seluruhnya dilakukan sendiri oleh penulis, sehingga penulis tidak memiliki wewenang untuk memerintah pembaca.
Contoh Kalimat : "Setelah itu, kliklah tombol Enter untuk masuk ke..." Seharusnya ditulis dengan "Setelah itu diklik tombol Enter untuk masuk ke..."

5. Penggunaan Kata/ Suku Kata "di"
"Di" bisa menjadi kata atau suku kata (bagian dari kata). "Di" menjadi kata apabila menunjukkan kata tempat, seperti "di atas", "di samping", "di Jakarta", dan sebagainya. "Di" menjadi suku kata jika dipadu dengan kata lain menjadi kata kerja, misalkan "diawasi","dilakukan","dijual", dan sebagainya. Penulisannya, jika menjadi kata, harus dipisah dengan spasi dengan kata lain, dan menjadi suku kata, apabila  penulisannya digabung.

6. Ketidakjelasan Isu
Isu adalah titik awal sebelum melakukan penelitian. Isu seharusnya singkat, jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan fenomena yang diuji. Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan isu (atau latar belakang) berlembar-lembar, dan sulit untuk dipahami.

7. Tujuan Riset & Tujuan Periset
Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan riset adalah menguji, mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi, bukan untuk mendapatkan gelar S1.

8. Padding
Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang menuliskan terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun sebenarnya mahasiswa yang bersangkutan hanya menggunakan satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa yang menggunakan beragam acuan dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak ditemukan dalam daftar acuan.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum dapat dikatakan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menulis skripsi dengan menerapkan aturan bahasa Indonesia yang baik dan benar masih sangat kurang.Kurangnya kemampuan ini terlihat dari masih ditemukannya kesalahan dalam tingkat kuantitas dan kualitas tertentu pada setiap mahasiswa yang diteliti. Peneliti dalam hal ini tidak bermaksud mengatakan bahwa semua mahasiswa pasti melakukan kesalahan pada tingkat kualitas dan kuantitas tertentu. Namun, dari tingkat kesalahan sejumlah mahasiswa yang diteliti, paling tidak sudah bisa dijadikan ukuran tentang adanya gejala tersebut.
Tingkat kesalahan yang ada bisa terlihat dari masih adanya kesalahan-kesalahan penerapan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan skripsi. Secara teknis, kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan meliputi:
a. kesalahan ejaan,
b. kesalahan diksi,
c. kesalahan struktur kalimat,
d. kesalahan koherensi,
e. kesalahan penyusunan paragraf,
f. kesalahan logika kalimat, dan
g. kesalahan tutipan dan daftar pustaka.
B. Saran
    Kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan karya ini sangatlah dibutuhkan penyusun, mengingat masih banyak kekurangan dari karya ini.



DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zainal. 1993. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa. Jakarta:Akademika Pressindo.
Alwasilah, A. Chaedar. 1990. Sosiologi Bahasa.Bandung:Angkasa.
Depdikbud. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Moelono, Anton M. 1985 . Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta:Djambatan.
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi . Flores:Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pateda, Mansoer dan Pulubuhu, Yennie P.1993. Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Dasar  Umum. Flores:Nusa Indah.
Widagdho, Djoko. 1994. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hariwijaya dan Triton P.B.  2007. Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Oryza.

Pengertian Skripsi,Kesalahan dalam Penulisan Skripsi dan Tujuan Penulisan




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal. Berkat rahmat dan karunia-nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah Metode Penulisan Karya Ilmiah yang insyaallah tepat pada waktunya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bpk/Ibu.  Mata pelajaran kuliah Metode Penulisan Karya Ilmiah, yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin, penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang …………………………………………………………………………….1
B.  Rumusan masalah ………………………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Skripsi ………………………………………………………………………….2
B.  Kesalahan-kesalahan Dalam Penulisan Skripsi ……………………………………………..2
1. Kesalahan Pokok..............................................................................................................2
2. Kesalahan penggunaan kata atau kalimat............................................................................3
3. Penggunaan Kata Ganti Orang...........................................................................................6
4. Penggunaan Kata/ Suku Kata "di"......................................................................................6
5. Ketidak jelasan Isu ...........................................................................................................6
6. Tujuan Riset & Tujuan Periset............................................................................................7
7. Padding.............................................................................................................................7
C.  Tujuan Penulisan Skripsi……………………………………………………………………..7
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan    …………………………….........................................................................8           
B. Saran………………………………………………………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar telah menjadi keharusan. Adapun untuk mahasiswa, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga menjadi tolak ukur intelektualitas mereka dalam menulis. Hal itu dapat dituangkan dalam berbagai macam tulisan ilmiah, salah satunya dalam bentuk skripsi. Dalam skripsi, tidak hanya komponen materi dan isi skripsi yang harus diperhatikan penulis, namun juga penggunaan tata bahasa Indonesia, dalam hal ini Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan efektivitas dalam penggunaan kalimat.
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar.
B. Rumusan Masalah
Makalah yang kami susun ini membahas beberapa permasalahan berikut :
A.  Pengertian skripsi
B. Kesalahan-kesalahan dalam penulisan skripsi
C. Tujuan penulisan skripsi



BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Pengertian Skripsi
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah sebagai salah satu hasil proses pengembangan intelektual mahasiswa secara mandiri dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan di bawah bimbingan dosen.
Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program sarjana (S1) yang memiliki bobot 6 sks (satuan kredit semester). Penulisan skripsi harus memenuhi syarat-syarat penulisan ilmiah, yaitu obyektif, metodologis, sistematis dan komunikatif.
B. Kesalahan-Kesalahan Dalam Penulisan Skripsi
Kesalahan-kesalahan mendasar yang sering ditemui dalam penulisan Skripsi/Penulisan Ilmiah antara lain :

1. Kesalahan Pokok
Kesalahan ini menjadikan penulisan ilmiah seperti sebuah buku atau laporan ilmiah. Beda penulisan ilmiah dengan buku atau laporan ilmiah adalah :
a) Ada masalah
b) Ada teori (referensi)
c) Ada pemikiran penulis dalam pemecahan masalah tersebut berdasarkan teori yang ada.
Masalah yang akan dibahas diletakkan di bab-bab awal (misalkan di Bab I Pendahuluan).
Bab I bisa saja terdiri atas :
a) Latar Belakang Masalah
b) Batasan Masalah
c) Rumusan Masalah
d) Tujuan Penulisan
e) Metodologi Penelitian
f) Sistematika Penulisan.
Di latar belakang masalah, pembaca harus dapat menyimpulkan masalah-masalah apa saja yang sedang dihadapi penulis, sehingga si penulis perlu menyelesaikan masalah-masalah tersebut dalam penulisan ilmiahnya. di latar belakang masalah jangan sampai ada teori atau pemecahan masalah atau alat bantu yang akan digunakan untuk memecahkan masalah, apalagi ada kesimpulan. Ini yang sering tidak dicermati oleh penulis.
Contoh sederhana, seorang penulis ingin membuat sistem komputerisasi stok barang di sebuah toko material yang selama ini masih dilakukan secara konvensional tanpa bantuan komputer. Di latar belakang masalah jangan disinggung-singgung kehebatan komputer, kemajuan teknologi, dan semacamnya, karena komputer justru akan digunakan sebagai alat bantu pemecahan masalahnya. Jadi, komputer tidak tepat dijadikan latar belakang masalah.
Lebih cocok bila di latar belakang masalah ditulis masalah-masalah yang selama ini terjadi di toko tersebut, misalkan :
(a) Kesulitan mengecek stok barang di gudang,
(b) Sering terjadi ketidakcocokan antar stok barang yang ada di gudang.
(c) Sering terlambat dalam pemesanan barang untuk mengisi stok di gudang karena di catatan, jumlah barang tertentu masih banyak, ternyata kenyataannya sudah habis,
(d) Ketidakdisiplinan si pencatat mengakibatkan perbedaan jumlah stok barang di gudang dan di catatannya, dan sebagainya.

Sedang di batasan masalah, bisa ditulis tentang pemilihan masalah dari sekian masalah yang dihadapi seperti tertuang di latar belakang masalah. Jadi, tidak semua masalah di latar belakang masalah akan dipecahkan di penulisan ilmiah, silahkan pilih yang mana yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, di batasan masalah tidak perlu berisi batasan alat bantu pemecahan masalah yang digunakan, tujuan penulisan dan sebagainya.

2. Kesalahan Penggunaan Kata/Kalimat
Masih terkait dengan butir I bagian sebelumnya, penulisan ilmiah (skripsi, thesis, disertasi) adalah karya pribadi (kelompok) yang dikerjakan sendiri (bersama kelompoknya). Dengan demikian, tidak boleh ada kata atau kalimat yang berinteraksi dengan pembaca (mengajak pembaca berpikir atau bahkan memerintah si pembaca).
Beberapa kesalahan kalimat, dalam menulis karya ilmiah :

a) Menulis Kalimat yang Tidak Utuh
Bahasa karya ilmiah Bahasa Indonesia yang baku menurut standar ilmiah yang mengacu pada Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan, Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan suplemen-suplemen terbaru. Menulis karya ilmiah yang komunikatif sangat penting agar tujuan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas dan jernih.
b) Menulis Kalimat yang Rancu
    Kesalahan kalimat dimungkinkan karena penulis (pemakai bahasa) mengacaukan dua macam pengungkapan kalimat atau lebih, misalnya:
Meskipun Negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, tetapi harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.
Yang dirancukan dalam kalimat tersebut adalah:
Meskipun Negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.; dan
Negara itu merupakan penghasil kappas nomor satu di dunia, tetapi harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.
Jadi, kerancuan yang tampak pada contoh kalimat tersebut adalah pemakaian sekaligus kata meskipun dan tetapi dalam sebuah kalimat.

c) Kesalahan Urutan Kata
    Kesalahan menulis kalimat dapat juga terjadi karena urutan katanya tidak sesuai dengan kaidah kalimat bahasa Indonesia.

d) Pemakaian Ungkapan Penghubung
    Yang dimaksud dengan kata atau penghubung dalam hal ini adalah semua kata atau ungkapan yang digunakan oleh penulis untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain. Kata penghubung antarbagian kalimat yang lazim digunakan supaya, meskipun, sebagai, karena, dan bahwa.
    Dalam pemakaian bahasa Indonesia sering ditemukan adanya beberapa kesalahan, yaitu semakin kaburnya batas pemakian penghubung antar kalimat.
Contoh : Pak Susilo sedang mengahdapi persoalan besar di kantornya. Tapi ia dengan sabar menyelesaikannya.
Kabupaten Gunungkidul dikenal dengan musik campursarinya. Yaitu musik tradisional yang diaransemen dengan alat musik modern.
    Kata tapi dan yaitu yang seharusnya berfungsi sebagai penghubung antar bagian kalimat, dapat juga sebagai penghubung antarkalimat.
Contoh : Pak Susilo sedang mengahdapi persoalan besar di kantornya, tetapi ia dengan sabar menyelesaikannya.
Kabupaten Gunungkidul dikenal dengan musik campursari, yaitu musik tradisional yang diaransemen dengan alat musik modern.
    Ungkapan penghubung yang berfungsi menghubungkan antarkalimat tidak banyak jumlahnya. Yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia antara lain : oleh, karena itu, namun, kemudian, setelah itu, bahkan, selain itu, sementara itu, walaupun demikian, sehubungan dengan itu.
Kesalahan pemakaian ungkapan penghubung antarkalimat sama halnya dengan kesalahan pemakaian kata penghubung antar bagian kalimat yaitu pemakaian kedua jenis penghubung yang kurang jelas. Contoh :
Saya tidak sependapat dengan mereka, namu demikian saya tidak akan menentangnya.
Yovie Widianto piawai menciptakan lagu bahkan ia sering mendapat penghargaan dalam bidang musik.
Kalimat di atas seharusnya ditulis sebagai berikut :
Saya tidak sependapat dengan mereka. Namun, saya tidak akan menentangnya.
Yovie Widianto piawai menciptakan lagu. Bahkan ia sering mendapat penghargaan dalam bidang musik.

e) Kesalahan Pemakaian Kata Depan
    Pemakaian kata daripada, dari, bagi, untuk, tentang, pada, dan dengan dapat mubazir jika penggunaan dalam kalimat-kalimat tidak tepat. Agar dapat menggunakan kalimat yang benar dalam berbahasa Indonesia, kata daripada, dari, bagi, untuk, tentang, pada, dan dengan harus digunakan secara tepat.

f) Kesalahan Pemakaian Bentuk Kata
    Kebenaran suatu kalimat tidak hanya ditentuka oleh keteraturan bagian-bagiannya sebagai satuan pembentuk kalimat, tetapi dapat juga dapat ditentukan oleh bentuk dan pilihan kata yang mengisi bagian-bagian itu. Jadi kesalahan kalimat dimungkinkan juga oleh adanya pemakaian bentuk dan pilihan kata yang tidak benar.
Kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kekurangtepatan dalam memilih bentuk k ata masih sering dijumpai. Contoh :
Dengan sangat menyesal kami tidak dapat memenuhi permintaan Anda karena persediaan barang kami sudah habis. (seharusya: sediaan)
Semula langganan Bapak saya layani dengan baik. (seharusnya : pelanggan)
Dalam bahasa Indonesia terdapat serangkaian kata yang proses pembentukannya menunjukkan keteraturan, seperti :
· tinju bertinju petinju pertinjuan
· gulat bergulat pergulat pergulatan
· mukim bermukim pemukiman permukiman
· satu bersatu mempersatukan pemersatu
· buat membuat pembuat pembuatan buatan
· serang menyerang penyerang penyerangan serangan
· pukul memukul pemukul pemukulan pukulan
· solek bersolek mempersolek pemesolek
· oleh beroleh memperoleh pemeroleh
· tulis menulis penulis penulisan tulisan
· pilih memilih pemilih pemilihan pilihan
· tani bertani petani pertanian
· dagang berdagang pedagang perdagangan
Ciri ragam bahasa keilmuan ditandai dengan penalaran yang cermat, teliti, dan obyektif. Tiga syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan kalimat yaitu jelas, lugas, dan komunikatif.
Kejelasan kalimat dapat dicapai dengan mengeksplisitkan unsur-unsur kalimat ragam bahasa tulis, seperti sujek, predikat, objek, dan keterangan. Kelugasan kalimat berkaitan dengan makna, artinya kalimat dalam suatu paragraph harus memiliki satu tafsiran yang sama bagi penulis dan pembacanya. Komunikatif berkaitan dengan pemahaman pembaca terhadap suatu karya ilmiah. Sebuah karangan disebut komunikatif apabila disajikan secara logis dan sistematis. Hubungan kelogisan ditandai dengan hubungan antarbagian dalam kalimat, antarkalima dalam alinea, dan antaralinea dalam wacana, yang memperlihatkan sebab akibat, kesejajaran, atau kemungkinan.

g) Kesalahan Penyerapan Istilah
    Kata masjid berasal dari bahasa Arab, masjidun, yang diserap secara utuh sebagai nomina dengan menghilangkan akhiran –un, menjadi masjid, bukan mesjid (huruf /a/ tetap dipertahankan menjadi /a/, tidak diubah menjadi /e/). Kata-kata lain yang kita serap dengan cara yang sama, diantaranya adalah :
· madrasah , berasal dari bahasa Arab, madrasatun
· daftar, berasal dari bahasa Arab, daftarun.
Kata salat, barasal dari bahasa Arab, shalat, yang diserap menjadi salat (bukan: shalat atau solat). Bahasa Indonesia tidak mengenal huruf kembar /sh-/, /bh-/, /dh-/, /dl-/, /th-/, dan /ts/. Oleh karena itu, kata-kata yang diserap dari bahasa asing, misalnya bahasa Arab, Sansekerta, Inggris, dan Belanda yang mengandung huruf-huruf kembar disesuaikan dengan fonem atau huruf yang ada dalam bahasa Indonesia dengan menyesuaikan bentuk tulisan dan/atau bunyi yang paling mendekati atau sama dengan kata aslinya.
Berdasarkan pedoman tersebut, maka dapat ditentukan bentuk kata baku (benar), sebagai berikut :
· hadirin, bukan: hadlirin;
· Sanawiah, bukan Tsanawiah;
· ateis, bukan: atheis;
· batin, bukan: bathin;
· darma, bukan: dharma;
· Selasa, bukan: Tselasa atau Tsalata;
· hadir, bukan: hadlir;
· tema, bukan: thema;
· hadis, bukan: hadits;
· salat, bukan: sholat atau shalat;
· Ramadan, bukan: Ramadhan atau Ramadlan;
· bumi, bukan: bhumi;
· bakti, bukan: bhakti.
Kata miliar berasal dari bahasa Inggris, milliard, yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi miliar, bukan milliard, miliyard, atau milyar. Para pengguna bahasa, seperti wartawan, tokoh birokrat dan pemerintah, mahasiswa, guru, dosen, serta pegawai dan petugas di dunia perbankan yang tidak menyadari dan melakukan banyak kesalahan terhadap pemakaian kata seperti ini. Kata milliard diserap menjadi miliar, dengan melakukan penyesuian sebagai berikut :
Huruf kembar /ll/ disesuaikan dengan fonem bahasa Indonesia menjadi satu /l/. perhatikan :
· wassalam, menjadi wasalam (satu /s/)
· accu, menjadi aki (satu /k/, bukan akki (dua /kk/)
· milliard, menjadi miliar (satu /l/)
· trilliun, menjadi triliun (satu /l/)
· professor, menjadi profesor (satu /s/)
Kecuali: mass media, menjadi media massa (dua /ss/), karena dalam bahasa Indonesia sudah terdapat kata mas (satu /s/), yang berbeda maknanya dengan mass (dua /ss/).
Huruf /i/ tetap dipertahankan menjadi /i/ (tidak diubah menjadi /y/). Perhatikan:
· milliard, menjadi miliar (/i/ tetap menjadi /i/, tidak diubah menjadi /y/);
· trilliun, menjadi triliun (bukan: trilyun)
Gugus konsonan –rd karena dalam bahasa Indonesia tidak kenal gugus konsonan akhir –rd, maka diserap menjadi –r. Perhatikan:
· standard, menjadi standar
· milliard, menjadi miliar
· president, menjadi presiden
Kata-kata asing yang masuk dan diserap ke dalam bahasa Indonesia sedapat mungkin disesuaikan dengan kaidah, ejaan, dan pengucapan Indonesia. Misalnya kata standard (Inggris) diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi standar (benar), karena di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal gugus konsonan akhir –rd.
Kata-kata asing yang sudah sesuai dengan kaidah, ejaan, atau pola ucapan lidah Indonesia, sedapat mungkin diserap secara utuh dengan penyesuaian seperlunya. Contoh :

Kata Asal (Inggris)
Kata Serapan (Indonesia)
Penulisan Kata yang Salah
Popular
popular
populer
extracurricular
ektrakurikular
ektrakurikuler
practice
praktik atau praktis
praktek
Modern
modern
moderen
congress
kongres
konggres
kangaroo
kanguru
kangguru
Risk
risiko
resiko
Survey
survei
survai
Phrase
frase
frasa
Method
metode
metoda
November
November
Nopember
February
Februari
Pebruari

Kata-kata yang sudah menyatu dan dianggap padu dituliskan serangkai. Contoh : olahraga, matahari, segitiga, kacamata, peribahasa, adakalanya, darmawisata, beasiswa, saputangan, dukacita, sukacita, manasuka, daripada, kepada, silaturrahmi, sediakala, wasalam, bilamana, saripati, padahal, bagaimana, kasatmata, fatamorgana, halalbihalal, malapetaka, sukarela, barangkali, bumiputra, lokakarya, syahbandar, akilbalig, mancanegara, barangsiapa, perilaku, dan titimangsa.
Kata dasar yang ada dalam bahasa Indonesia adalah mungkir, bukan pungkir (salah). Dari kata dasar mungkir bias diturunkan kata-kata berimbuhan, seperti memungkiri, dimungkiri, pemungkiran. Banyak pengguna bahasa yang menggunakan bentuk yang salah, seperti dipungkiri, karena tidak menyadari atau tidak mengindahkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi.
Kata-kata tertentu yang tidak mengandung huruf atau fonem /h/ tetap dipertahankan. Contoh: utang (bukan: hutang), rapi, sila, silakan, imbau, isap, impit, paro ‘bagian’, separo ‘sebagian’, Eropa, sewa, gaji ‘upah’, andal, andalan, musna, alangan, dan pengalang.
Bentuk yang benar adalah sekadar (bukan: sekedar). Kata ini berasal dari kata dasar ‘kadar’, yang berari ‘ukuran’. Jadi, sekadar berarti ‘seukuran, satu ukuran’. Ala kadarnya bermakna ‘seukuran; apa adanya’.
Penulisan nama kota dan tempat:

Benar
Salah
Bonepantai
Bone Pantai
Bonebolango
Bone Bolango
Bukittinggi
Bukit Tinggi
Pangkalpinang
Pangkal Pinang
Tanjungpinang
Tanjung Pinang
Jayapura
Jaya Pura
Kotabaru
Kota Baru
Batusangkar
Batu Sangkar
Padangpanjang
Padang Panjang
Palangkaraya
Palang Karaya
Banjarmasin
Banjar MAsin
Banjarbaru
Banjar Baru
Bandarlampung
Bandar Lampung

    Akan tetapi, jika nama kota atau tempat tersebut diikuti oleh kata-kata yang menunjukkan lokasi, misalnya utara, selatan, timur, dan barat, maka penulisan dipisahkan. Contoh:
· Lampung Selatan
· Pantai Barat
· Jawa Barat
· Sulawesi Utara
· Jakarta Selatan
h) Kesalahan Diksi dan Kata Tidak Baku
    Dalam menulis karya ilmiah, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal, atau barang, harus diperhatikan. Kata yang tidak tepat dalam konteks kalimat tertentu akan mempunyai makna yang berbeda, yang tidak sesuai dengan maksud penulisnya. Hal ini juga akan menimbulkan salah penafsiran. Contoh:
Kita tahu bahwa mereka yang bekerja di luar negeri itu rentan terhadap perlindungan hukumnya.
Kata rentan memiliki makna mudah terkena penyakit, peka (mudah merasa). Kata tersebut memiliki makna negatif, misalnya rentan terhadap bahaya kebakaran, rentan terhadap penyakit. Pada contoh kalimat tersebut, kata rentan dipasangkan dengan kata perlindungan hukum yang bermakna positif. Dengan demikian, penggunaan kata rentan dalam kalimat tersebut tidak tepat. Perbaikan contoh kalimat tersebut adalah:
Kita tahu bahwa perlindungan hukum bagi mereka yang bekerja di luar negeri itu minim.
    Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis. Untuk mencapai ketepatan pilihan kata, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

i) Membedakan secara cermat denotasi dari denotasi.
Kata denotatif dan konotatif dibedakan berdasarkan maknanya. Kata konotatif memiliki makna tambahan atau nilai rasa. Jika hanya menginginkan pengertian dasar, dipilih kata denotatif; jika menghendaki reaksi emosional tertentu, penggunaan kata konotatif dengan sasaran yang akan dicapai.

j) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
Penulis harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya sehingga tidak salah interpretasi.

k) Membedakan kata umum dan kata khusus.
Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum. Gunakan kata-kata indra yang menunjukkan kata-kata yang khusus.
    Demikian kesalahan-kesalahan umum dalam pemakaian ejaan bahasa Indonesia sebagaimana yang ditekankan oleh pakar bahasa Indonesia, Abdul Rajak Husain. Para akademisi diharapkan menguasai pamakaian bahasa tulis ini sebagai alat untuk mempertajam analisis dan publikasi hasil karya.
3. Penggunaan Kata Ganti Orang
Di penulisan skripsi tidak boleh ada kata ganti orang (khususnya orang ketiga), misalkan kata "Anda", "Kita", dan sebagainya. Bahkan, kata "Saya", "Kami", "Penulis", dan semacamnya tidak perlu diadakan karena tanpa menyebut "Penulis" orang juga tahu bahwa yang menulis skripsi ini adalah "Penulis".
Contoh Kalimat : "Perlu Anda ketahui, bahwa penulis melakukan penelitian ini...." Seharusnya ditulis dengan "Perlu diketahui bahwa penelitian ini dilakukan...."

4. Penggunaan Kalimat Perintah
Pada penulisan skripsi seluruhnya dilakukan sendiri oleh penulis, sehingga penulis tidak memiliki wewenang untuk memerintah pembaca.
Contoh Kalimat : "Setelah itu, kliklah tombol Enter untuk masuk ke..." Seharusnya ditulis dengan "Setelah itu diklik tombol Enter untuk masuk ke..."

5. Penggunaan Kata/ Suku Kata "di"
"Di" bisa menjadi kata atau suku kata (bagian dari kata). "Di" menjadi kata apabila menunjukkan kata tempat, seperti "di atas", "di samping", "di Jakarta", dan sebagainya. "Di" menjadi suku kata jika dipadu dengan kata lain menjadi kata kerja, misalkan "diawasi","dilakukan","dijual", dan sebagainya. Penulisannya, jika menjadi kata, harus dipisah dengan spasi dengan kata lain, dan menjadi suku kata, apabila  penulisannya digabung.

6. Ketidakjelasan Isu
Isu adalah titik awal sebelum melakukan penelitian. Isu seharusnya singkat, jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan fenomena yang diuji. Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan isu (atau latar belakang) berlembar-lembar, dan sulit untuk dipahami.

7. Tujuan Riset & Tujuan Periset
Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan riset adalah menguji, mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi, bukan untuk mendapatkan gelar S1.

8. Padding
Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang menuliskan terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun sebenarnya mahasiswa yang bersangkutan hanya menggunakan satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa yang menggunakan beragam acuan dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak ditemukan dalam daftar acuan.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum dapat dikatakan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menulis skripsi dengan menerapkan aturan bahasa Indonesia yang baik dan benar masih sangat kurang.Kurangnya kemampuan ini terlihat dari masih ditemukannya kesalahan dalam tingkat kuantitas dan kualitas tertentu pada setiap mahasiswa yang diteliti. Peneliti dalam hal ini tidak bermaksud mengatakan bahwa semua mahasiswa pasti melakukan kesalahan pada tingkat kualitas dan kuantitas tertentu. Namun, dari tingkat kesalahan sejumlah mahasiswa yang diteliti, paling tidak sudah bisa dijadikan ukuran tentang adanya gejala tersebut.
Tingkat kesalahan yang ada bisa terlihat dari masih adanya kesalahan-kesalahan penerapan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan skripsi. Secara teknis, kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan meliputi:
a. kesalahan ejaan,
b. kesalahan diksi,
c. kesalahan struktur kalimat,
d. kesalahan koherensi,
e. kesalahan penyusunan paragraf,
f. kesalahan logika kalimat, dan
g. kesalahan tutipan dan daftar pustaka.
B. Saran
    Kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan karya ini sangatlah dibutuhkan penyusun, mengingat masih banyak kekurangan dari karya ini.



DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zainal. 1993. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa. Jakarta:Akademika Pressindo.
Alwasilah, A. Chaedar. 1990. Sosiologi Bahasa.Bandung:Angkasa.
Depdikbud. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Moelono, Anton M. 1985 . Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta:Djambatan.
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi . Flores:Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pateda, Mansoer dan Pulubuhu, Yennie P.1993. Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Dasar  Umum. Flores:Nusa Indah.
Widagdho, Djoko. 1994. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hariwijaya dan Triton P.B.  2007. Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Oryza.

No comments

Subscribe Our Newsletter